Matahari sebentar lagi akan bersandar pada sekelebat jingga ketika mulai kututup pintu ruangan ini. Setelah seharian dihajar deadline, ingin rasanya sejenak melepas penat, menyusuri sudut-sudut jogja, menyinggahi suatu tempat kemudian menyeruput secangkir kopi sambil menikmati langit bermahkota jingga.
Namun Harapan itu rasanya harus sirna, sore itu sang senja tampaknya engan bersolek langit tampak kelabu, jalanan semakin riuh oleh berbagai macam kendaraan yang berlalu-lalang tak ada habisnya...tak tau dari mana mereka smua berasal...jalanan terasa smakin sempit, mungkin karena kapasitas jalan di jogja sudah overload menampung laju pertumbuhan kendaraan yang semakin bertambah...hhmmmm entahlah.....
Suasana menjadi semakin mengerikan dan menyebalkan ketika sejauh mata memandang tiap sudut disesaki berbagai macam poster, spanduk dan baliho para caleg. pencitraan diri para calon anggota legislatif dengan memajang wajah monoton....entah bagaimana wajah-wajah itu nampak serupa belaka...mereka memasang senyum manis, raut muka yang tampak bijak bestari, sorot mata penuh percaya diri, jika laki-laki mereka memakai dasi necis...mngkin mereka kira dasi dapat menyimbolkan sebuah martabat...kemapanan...juga tingkat intelektual seseorang...sungguh bodoh.....warisan style pakaian jaman batu masih mereka banggakan, dan agar lebih meyakinkan namanya di cetak besar-besar dan dilengkapi gelar haji dan tentu saja title berderet....ckckckck...
berapa kali yah...mereka bergaya di depan kamera untuk mencari pose terbaik kemudian pastinya di retauch kembali dengan software grafis. Namun sayangnya foto diri para caleg itu tetap menampilkan pose yang monoton mencerminkan semiotika wajah yang miskin kreatifitas. Namun mereka dengan gagah berani mencitrakan diri sebagai sosok pejuang pemersatu bangsa, intelektual handal, pemimpin yang saleh penuh perhatiann kepada rakyat...namun apakah kita peduli dengan mereka sodara-sodara.....
atau sejatinya mereka adalah makhluk-makhluk narsis belaka... mereka tergila-gila memuji juga menilai diri sendiri melampaui realitas yang sebenarnya.
Atribut kampanye dengan desain amburadul, menyedihkan dan menjijikkan itu tak hanya di tempatkan di jalan umum yang ramai, tetapi juga memasuki sudut-sudut gang, parahnya gambar-gambar itu di tempatkan begitu saja di tembok terbuka, di tancap di batang pohon atau di beberkan di depan rumah tanpa memperhatikan etika juga estetika. Maka yang terjadi...poster, baliho dan spanduk caleg itu menjadi sampah visual yang mengurangi keindahan tata ruang kota dan tentu saja tetap meneror kita dengan jargon dan janji manis...apakah kita akan memilih mereka.... go to hell....
Namun Harapan itu rasanya harus sirna, sore itu sang senja tampaknya engan bersolek langit tampak kelabu, jalanan semakin riuh oleh berbagai macam kendaraan yang berlalu-lalang tak ada habisnya...tak tau dari mana mereka smua berasal...jalanan terasa smakin sempit, mungkin karena kapasitas jalan di jogja sudah overload menampung laju pertumbuhan kendaraan yang semakin bertambah...hhmmmm entahlah.....
Suasana menjadi semakin mengerikan dan menyebalkan ketika sejauh mata memandang tiap sudut disesaki berbagai macam poster, spanduk dan baliho para caleg. pencitraan diri para calon anggota legislatif dengan memajang wajah monoton....entah bagaimana wajah-wajah itu nampak serupa belaka...mereka memasang senyum manis, raut muka yang tampak bijak bestari, sorot mata penuh percaya diri, jika laki-laki mereka memakai dasi necis...mngkin mereka kira dasi dapat menyimbolkan sebuah martabat...kemapanan...juga tingkat intelektual seseorang...sungguh bodoh.....warisan style pakaian jaman batu masih mereka banggakan, dan agar lebih meyakinkan namanya di cetak besar-besar dan dilengkapi gelar haji dan tentu saja title berderet....ckckckck...
berapa kali yah...mereka bergaya di depan kamera untuk mencari pose terbaik kemudian pastinya di retauch kembali dengan software grafis. Namun sayangnya foto diri para caleg itu tetap menampilkan pose yang monoton mencerminkan semiotika wajah yang miskin kreatifitas. Namun mereka dengan gagah berani mencitrakan diri sebagai sosok pejuang pemersatu bangsa, intelektual handal, pemimpin yang saleh penuh perhatiann kepada rakyat...namun apakah kita peduli dengan mereka sodara-sodara.....
atau sejatinya mereka adalah makhluk-makhluk narsis belaka... mereka tergila-gila memuji juga menilai diri sendiri melampaui realitas yang sebenarnya.
Atribut kampanye dengan desain amburadul, menyedihkan dan menjijikkan itu tak hanya di tempatkan di jalan umum yang ramai, tetapi juga memasuki sudut-sudut gang, parahnya gambar-gambar itu di tempatkan begitu saja di tembok terbuka, di tancap di batang pohon atau di beberkan di depan rumah tanpa memperhatikan etika juga estetika. Maka yang terjadi...poster, baliho dan spanduk caleg itu menjadi sampah visual yang mengurangi keindahan tata ruang kota dan tentu saja tetap meneror kita dengan jargon dan janji manis...apakah kita akan memilih mereka.... go to hell....
0 comments:
Post a Comment